Merajut Harapan di dalam Terowongan Kereta
Di hari pengumuman penerimaan siswa SMA, hati Nagasa sangatlah senang karena dia diterima sebagai siswa baru di sebuah SMA unggulan yang selalu dia impikan selama ini, sekolah yang dia inginkan berada di daerah dataran tinggi suatu pegunungan, sehari setelah pengumuman penerimaan murid baru tersebut dia telah bersiap-siap dengan segala kebutuhan belajar dan kebutuhan hidupnya karena sekolah tersebut mempunyai Asrama dan dia akan tinggal di sana selama dia belajar di sana.
Sebelum Nagasa berangkat menuju sekolahnya dia berpamitan dengan keluarganya yang berada di kota dan kemudian dia berangkat ke Stasiun Kereta Api yang akan membawanya menuju sekolahnya yang baru, setelah dia mengucapkan perpisahannya yang terakhir kepada kedua orangtuanya, dia memasuki kereta tersebut dan dia menikmati perjalanan itu dengan hati yang sangat senang dan bangga.
Selama perjalanannya menuju sekolahnya yang baru itu, dia melihat ada banyak anak seperti dia yang menuju sekolah yang sama, sambil menikmati perjalanannya dia melihat-lihat Kartu Tanda Pelajarnya yang dia terima sewaktu pengumuman penerimaan murid baru, dia melihat-lihat kartu itu sampai kereta yang ditumpanginya masuk ke dalam sebuah terowongan yang melintasi suatu jajaran pegunungan dan di waktu kereta tersebut masuk ke terowongan dia merasa ada yang aneh sewaktu masuk terowongan, dan ternyata dia benar, sesaat kemudian terowongan itu runtuh dan kereta api itu menabrak reruntuhan terowongan tersebut, dia terjatuh dan pingsan sesaat karena kerasnya tabrakan kereta itu.
Di hari pertama setelah tabrakan, dia terbangun dari pingsan yang dia alami selama satu jam itu dan dia kaget melihat keadaan kereta yang dia tumpangi, banyak penumpang yang terluka, kaca kereta banyak yang pecah dan banyak penumpang yang merintih kesakitan di dalam kereta tersebut, perhatian dia berbelok kepada seorang penumpang yang mencoba berdiri dengan kepala yang bercucuran darah.
“Hoi, kamu baik-baik saja?” teriak Nagasa.
“Gak apa, Cuma pusing sedikit” jawab penumpang tersebut.
“Keningmu berdarah, aku obati lukamu” kata Nagasa sambil menutupi lukanya penumpang itu.
“Apakah kamu dokter?” tanya penumpang itu.
“Bukan, saya hanya pelajar saja, bisa berdiri?” jawab Nagasa
Kemudian mereka berdua keluar membuka pintu gerbong kereta api dan membantu penumpang lain yang terjebak di dalam kereta.
Mereka berdua membuka sebuah kotak yang berisi senter yang ada di dinding gerbong untuk memulai menolong para penumpang dan mereka berdua mulai membantu mengobati luka para penumpang lain dengan barang yang mereka temui dari dalam kereta tersebut, beberapa penumpang ada yang mengalami patah tulang bahkan ada yang mengalami luka dan patah tulang yang sangat parah sehingga penumpang harus disandarkan pada kursi yang diambil dari kereta, mereka berdua menolong para penumpang itu dengan baik.
Setelah mereka berdua selesai mengobati para penumpang kereta, Nagasa pergi ke ujung sisi terowongan yang lain untuk mencari jalan keluar dan memanggil bantuan dari luar.
“Akan kulihat apa ada jalan keluar, kalau ada, akan kupanggilkan bantuan, akan kupastikan kalian kembali dengan selamat” kata Nagasa kepada para penumpang.
“Aku pinjam senternya” lanjut Nagasa.
“Ya, tolong kami” jawab Matsuri.
(Nagasa sambil berjalan mencari bantuan) ”Nagasa! Pastikan kau selamat” ucap Matsuri.
“Yaa” balas Nagasa
Namun sesampainya di ujung terowongan yang lain dia mendapati ujung terowongan tersebut juga runtuh dan juga tidak mendapatkan sinyal telekomunikasi untuk menghubungi bantuan dari luar, tiba-tiba dia merintih kesakitan karena ternyata dia mendapati perutnya ada bekas memar setelah kecelakaan. Sambil menahan sakit, dia kembali lagi ke para penumpang.
“Nagasa, bagaimana?” tanya Matsuri.
“Ada... sedikit masalah...” Jawab Nagasa.
“Ooh, begitu ya...” gumam Matsuri.
Dalam keadaan yang diliputi keraguan dan kebingungan para penumpang, Nagasa mengatakan sesuatu.
“Semuanya, aku minta perhatian kalian! Kita terkurung dari kedua sisi, HP juga tidak bisa dipakai, kita tidak bisa menghubungi dunia luar, aku minta semua tidak memikirkan diri sendiri, yang bisa kita lakukan sekarang adalah mengumpulkan semua makanan dan air lalu kita sama ratakan semuanya!” ucap Nagasa panjang lebar.
“Tunggu sebentar! Sejak kapan kamu memimpin?” sanggah seorang penumpang.
“Siapa yang akan merawat orang yang terluka? Dia mengerti dan sanggup melakukannya!” balas Matsuri.
“Kita akan diselamatkan, kita hanya perlu bertahan, aku minta semua untuk bersatu!” kata Nagasa dengan nada tegas.
Memasuki hari kedua, semua hal telah diatur bersama oleh Nagasa dan Matsuri, para penumpang mendapatkan beberapa makanan dan minuman yang dibawa oleh penumpang yang terdapat di dalam kereta dan dibagikan merata sesuai dengan jadwal yang mereka buat dan sepakati bersama.
Di saat pembagian makanan telah selesai, mereka berdua saling berbincang-bincang, di tengah perbincangan tersebut, salah seorang penumpang membawa kabur persediaan air dan berhasil diamankan oleh penumpang lain. Karena kejadian itu, air minum tersebut tumpah sebagian dan Nagasa menyatakan kalau dia tidak akan minum demi semua penumpang.
Masuk pada hari ketiga, Nagasa yang tertidur di pinggir gerbong kereta itu terbangun setelah Matsuri membangunkannya dan meminta bantuan kepadanya karena ada seorang penumpang yang tidak sadarkan diri, dia berusaha membangunkan orang itu namun dia terlambat, penumpang tersebut sudah meninggal dunia lebih dahulu sebelum ia berhasil menyelamatkannya.
Setelah kejadian itu, dia menyesal dan terus menyesali dirinya karena dia melihat orang yang gagal dia selamatkan dan meninggal dihadapannya yang kedua kalinya setelah dia melihat adiknya meninggal beberapa tahun yang lalu.
Waktu terus berlalu sampai pada hari ketujuh terjebak di terowongan, di saat Nagasa tergeletak di atas rel kereta dia teringat akan adiknya yang pada saat dia masih hidup sedang menderita suatu penyakit yang membutuhkan organ donor untuk tetap bertahan hidup. Setelah teringat akan adiknya kemudian Nagasa mengambil Kartu Asuransi Kesehatan Nasional yang dia miliki, dia membalikkan kartu itu yang berisi pertanyaan tentang donor, dia melingkari semua organ yang didonorkan dan kemudian ditandatangani oleh dia sendiri, melihat tindakannya itu Matsuri juga melakukannya dan ada seorang penumpang yang bertanya kepadanya.
“Sedang apa kau?” tanya salah satu penumpang.
“Dengan ini, walaupun aku mati tapi sisa hidupku dapat berguna untuk orang lain, memberi arti hidup ini” jawab Matsuri dengan nada lemas.
Setelah melihat tindakan yang dilakukan oleh Nagasa dan Matsuri kemudian semua penumpang meniru tindakan mereka berdua mengisi kartu tersebut yang dibawa oleh masing-masing penumpang dan para penumpang mengisinya dengan jawaban yang sama semua.
“Sudah kubilang kau itu hebat. Lihatlah, Nagasa. Ditengah keputusan ini, semuanya, memberi harapan pada hidup orang lain. Kau telah menyelamatkan semuanya.” Ucap Matsuri kepada Nagase dengan nada yang sangat lemah.
“Nagasa. Kau dengar, Nagasa? Dengar Tidak?” ucap Matsuri dengan nada merintih.
“Nagasa!” sambung Matsuri.
Di saat itulah Tim SAR telah datang, namun terlambat karena Nagasa telah meninggal lebih dahulu sebelum sempat dievakuasi oleh Tim SAR. Pada akhirnya semua penumpang selamat kecuali satu penumpang yang gagal ditolong oleh Nagasa dan Nagasa yang telah menyelamatkan para penumpang.
No comments:
Post a Comment